
Sebuah video yang diunggah oleh akun TikTok @sheisapaigeturner yang dibagikan oleh sebuah akun X @CandiceHorbacz baru-baru ini menjadi bahan diskusi yang cukup ramai di kalangan netizen di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Video berdurasi lima menit tiga detik tersebut bahkan telah ditonton oleh 116 juta pengguna di platfom X dan mendapatkan reaksi pro dari pria maupun wanita, tetapi juga sebagian melihatnya sebagai kontra karena beberapa alasan.
Dalam videonya, akun @sheispaigeturner mengungkapkan alasan mengapa dirinya memutuskan untuk bercerai dari sang suami meskipun mereka telah dikaruniai empat anak dan sudah menjalani biduk rumah tangga kurang lebih 16 tahun lamanya.
credit on @sheispaigeturner on TikTok and via@CandiceHorbacz on X
Dari banyaknya hal yang dijelaskan, ibu empat anak ini mengungkapkan jika sang suami merupakan sosok pria yang luar biasa, bertanggung jawab, baik, serta setia. Namun, apakah empat hal tersebut cukup? Secara praktiknya, apa yang ia alami sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga sangatlah berbeda. Ia merasakan apa yang dinamakan burnout, mental load, dan puncaknya saat melahirkan anak keempat, ia benar-benar merasa lelah mengurus banyak hal di rumah.
ADVERTISEMENTS
1. Apa itu Mental Load yang Kerap Dialami oleh Istri, Terutama Ibu Rumah Tangga?
Mental load (Beban mental) atau invisible labor adalah beban pikiran, perasaan yang menumpuk, dan emosi terpendam yang tak terlihat, terutama saat mengurus pekerjaan rumah juga keluarga secara keseluruhan. Misalnya saja ibu rumah tangga yang harus mengurus keperluan rumah tangga, memerhatikan anak-anak, dan memikirkan kebutuhan suami yang harus dilakukan saban hari tanpa mendapatkan bantuan secara langsung.
Tak heran kalau mental load kerap dialami oleh perempuan, terutama mereka yang sudah menikah dan punya anak.
Mengapa mental load bisa terjadi? Ada beragam faktor alasan mengapa beban mental ini kerap membuat perempuan begitu tersiksa secara emosional. Mulai dari pikiran yang bercabang dan harus multitasking dalam beragam pekerjaan di rumah, menjadi istri sekaligus ibu rumah tangga juga seolah tak boleh sakit. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan buruk yang terus-menerus dilakukan oleh suami setiap hari menambah beban bagi istri.
Contoh saja, menaruh handuk basah di atas tempat tidur, menaruh kunci motor sembarangan, membiarkan tempat sampah penuh, enggan mencuci piring setelah makan, dan hal-hal lain yang sebenarnya sangat bisa membantu meringankan pekerjaan istri di rumah, tetapi tak dilakukan.
Bayangkan saja, jika kebiasaan buruk tersebut dilakukan setiap hari dan mungkin dalam sehari terjadi dua kali? Padahal menjadi suami-istri atau pun new mom dan new dad sama-sama belajar. Artinya bersama-sama membangun kebiasaan baik, memperbaiki kebiasaan buruk, belajar berkomunikasi dengan jelas, memahami kebutuhan masing-masing, dan tangkas dalam menyikapi suatu masalah dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENTS
2. Mengapa Mental Load dan Burnout Dapat Mengakibatkan Perceraian?
Mental load dan burnout sangat mungkin membuat perempuan membuat keputusan besar dalam perjalanan rumah tangganya, yakni bercerai karena ketika pasangan kerap melakukan kebiasaan buruk yang berulang, secara tidak langsung membuatnya merasa tak diperhatikan, tak didengar, bahkan tak dihargai.
Perlu diketahui juga, menjadi istri sekaligus ibu rumah tangga artinya pikiran akan lebih banyak aktif dan beban pikiran bertambah. Mulai dari menutup mata akan tidur sampai membuka mata lagi, ada begitu banyak hal yang mesti diurus. Mulai dari menyiapkan sarapan, memandikan anak, membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci baju, menjemur baju, belum tugas-tugas lain yang masih belum kelar dikerjakan.
Oleh karena itu, para suami diimbau agar lebih peka, perhatian dan bisa membantu meringankan pekerjaan istrinya. Jika tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, jalan terbaik adalah bertanya dan langsung mencatatnya sembari mengubah kebiasaan tersebut pelan-pelan setiap hari. Sebab, jika saban hari bertanya tentang apa yang harus dilakukan, maka hal ini juga akan menambah beban mental istri.
ADVERTISEMENTS
3. Kenali 5 Tanda Istri Mengalami Mental Load dan Cara Meringankannya
Pada dasarnya mental load ini bisa dikenali gejala atau tanda-tandanya. Berikut beberapa tanda ketika istri merasakan beban mental yang luar biasa:
- Mudah marah dan uring-uringan atau justru menangis
Setiap wanita memiliki cara sendiri dalam mengekspresikan rasa lelah dan muaknya. Sebagian akan merasa mudah marah dan tersinggung ketika capek, sebagian justru menangis karena saking lelahnya dan tak bisa mengekspresikan rasa marah tersebut. Selain itu, jumlah beban mental dan pikiran yang sering disepelekan juga memengaruhi bagaimana mereka menangani emosi maupun stres.
Oleh karena itu, apabila istri baru melahirkan atau sekiranya banyak pekerjan rumah yang tak kunjung selesai, cobalah berinisiatif untuk membantu membereskannya. Sebut saja melipat baju anggota keluarga, mencuci tumpukan piring dan gelas di dapur, menyapu rumah, membuang sampah, menyediakan makanan, memijat istri, dan sebagainya.
Sering-seringlah menawarkan bantuan pada istri dan berikan “me time” sejenak pada mereka untuk sekadar bersantai, menyeduh kopi, menonton film, atau pergi keluar dengan teman perempuannya.
Hal-hal kecil yang sering dianggap remeh, justru terkadang sangat berarti bagi pasangan. Termasuk peduli terhadap pekerjaan rumah dan kebutuhan anak-anak.
Satu hal lagi, dukungan ayah terhadap istri yang baru melahirkan sangatlah berarti, lho!
- Lebih banyak diam dan tatapannya terkadang kosong
Pernahkah kamu melihat istri lebih banyak diam dan tatapannya kosong? Coba dekati dan ajak bicara dari hati ke hati. Mungkin ada banyak hal yang sedang ia pikirkan, tetapi enggan membicarakannya karena beberapa alasan. Tanyakan baik-baik apa yang membuatnya banyak melamun atau bengong.
Pahami apa yang menganggu pikirannya dan tawarkan ingin membantu serta terus memberikannya dukungan secara nyata.
- Membiarkan pekerjaan rumah berhari-hari
Membiarkan pekerjaan rumah menumpuk berhari-hari bisa jadi tanda bahwa istri sedang mengalami mental load. Banyaknya pikiran yang membebani istri sering kali tak terlihat secara kasatmata, akan tetapi dapat kamu kenali dari sikapnya terhadap benda-benda di dalam rumah.
Jika pekerjaan rumah sudah berhari-hari tak tersentuh, kemungkinan istri sedang berada di tahap mentally exhausted karena merasa beberes tak ada habisnya. Tak ada istirahatnya. Padahal manusia memerlukan jeda untuk beristirahat. Selain itu, banyaknya sesuatu yang harus dipikirkan juga membuatnya frustasi dan burnout, sehingga ia membiarkan pekerjaan rumah begitu saja. Berharap pasangannya peka dan membantunya.
Jika sudah begitu, cobalah untuk membantu untuk membereskannya. Jangan sungkan untuk memberikan apresiasi pada istri karena telah bekerja keras dan bertindak layaknya manajer di dalam rumah yang mengurus segala hal.
- Sering kali menarik napas begitu mendengar teriakan anak atau pun hal-hal yang membuatnya jengkel di rumah
Kalau istri kedapatan sering menarik napas dalam berbagai kesempatan, itu bisa menjadi gejala mental load di fase awal yang jarang diketahui. Kebiasaan ini dapat terjadi ketika seseorang ingin marah atau merasa jengkel/kesal, tetapi menahan diri. Alih-alih berteriak, ia berusaha menahan emosinya dan menenangkan diri secepat mungkin.
Orang Jawa menyebut istilah ini “Ngunjal ambekan” yang sebenarnya kurang sopan dan kurang baik, tetapi juga dimaknai sebagai reaksi ketika mengalami hari-hari yang berat. Nah, kalau sudah begini, kamu harus lebih peka dan coba untuk mencari tahu banyak hal melalui internet.
Misalnya beberapa hal dasar tidak harus selalu ditanyakan pada istri, akan tetapi juga bisa kamu cari tahu sendiri melalui media sosial atau internet. Misalnya cara menyalakan mesin cuci, cara mencuci popok bayi, cara membersihkan noda membandel pada pakaian, tempat makan yang enak, dan sebagainya.
- Tidak bergairah dalam melakukan hubungan seks pasutri
Memangnya mental load pada istri bisa membuatnya tak bergairah dalam berhubungan seks? Tentu saja. Mengingat hubungan pasutri lekat dengan koneksi dan ruang emosi di antara kedua belah pihak, maka melakukan hubungan badan di saat istri sedang memiliki banyak beban mental kuranglah tepat.
Hal ini dikarenakan otaknya tak pernah berhenti memikirkan segala hal yang berkaitan dengan tugas rumah serta kekhawatiran lainnya yang belum selesai, sehingga sulit memasuki momen romantis selama berada di tempat tidur.
Untuk mengurangi beban mental istri dalam kasus seperti ini, sebagai suami kamu bisa menanyakan apa yang dia inginkan, apa yang bisa kamu bantu, dan alih-alih mengajaknya berhubungan seks, cobalah untuk memberikan ruang untuknya “me time”. Belikan makanan kesukannya, berikan waktu untuknya beristirahat yang cukup, dan peluklah sembari memberikan kata-kata yang hangat sekaligus apresiasi kecil untuknya. Istri pasti senang dan merasa dirinya diperhatikan.
Membangun rumah tangga dilakukan oleh dua orang yang saling berkomitmen dan berjanji sehidup semati, jadi sepatutnya, keduanya harus sama-sama belajar untuk tumbuh. Sama-sama mau memahami dan mengerti satu sama lain. Kehidupan berkeluarga tidak hanya tentang anak, tetapi juga bagaimana suami memuliakan dan memperlakukan istrinya, yang kemudian hari akan dicontoh oleh anak-anak.